Beberapa dekade terakhir ini, dunia pertanian diramaikan dengan program green revolution,  kembali ke alam, atau organic farming. Hal ini dipicu oleh proteksi  beberapa negara (terutama eropa) yang melarang produk-produk  pertanian yang mengandung pestisida masuk ke negaranya. Statistik  kesehatan di negara mereka telah mencatat betapa banyak pasien rumah  sakit yang disebabkan oleh dampak kandungan pestisida dalam makanan yang  dikonsumsi yang menyebabkan berbagai penyakit.
Atas kebijakan tersebut dan  mungkin juga kesadaran beberapa produsen pertanian besar akan bahaya  pencemaran pestisida dalam produknya bagi kesehatan konsumen, sistem  pertanian organik mulai mendapat perhatian yang besar. Tidak  tanggung-tanggung, dunia penelitian  secara gencar mengembangkan  produk-produk pupuk dan pestisida alami yang mempunyai efektifitas  setara dengan pestisida sintetis.
Kemudian, 20 tahun terakhir ini,  dunia pertanian Indonesia pun mulai ikut-ikutan. Biasalah ... walaupun  terlambat dan berjalan lambat, Indonesia mulai memikirkan hal ini.  berbagai penelitian pun dilakukan. Walaupun belum dapat mengembangkan  teknologi canggih dalam pengembagan pestisida alami ini, dunia pertanian  di Indonesia mulai "diperkenalkan kembali" pada pengendalian hama  penyakit tradisional, yaitu dengan menggunakan bahan-bahan alami,  seperti daun mimba, tembakau, daun sirsak, dll. (lihat kembali artikel BEBERAPA PESTISIDA NABATI POTENSIAL.
Walaupun penggunaan pestisida sintetis  (kimia) dari tahun ke tahun masih tetap meningkat, program-program  penyuluhan dan pelatihan petani mulai memperkenalkan pengolahan dan  penggunaan pestisida alami. Hanya saja dibutuhkan bahan baku yang cukup  banyak untuk membuat pestisida alami yang dibutuhkan bagi pemeliharaan  tanaman dalam satuan luas tertentu. Keterbatasan bahan baku ini pula  yang membuat program penyuluhan disertai dengan bantuan pengembangan  bahan baku pestisida alami yang biasanya dipadukan dengan pengembangan  bahan pakan ternak.
Dilain pihak, penggunaan  pestisida sintetis / kimiawi, dalam kurun waktu yang lama menyebabkan  keseimbangan ekologis terganggu, selain itu juga menyebabkan terjadinya  revolusi genetik pada beberapa spesies hama, seperti misalnya wereng dan  belalang yang semakin lama semakin tahan terhadap jenis pestisida   tertentu. Kesadaran dunia terhadap dampak negatif penggunaan pestisida  juga sudah semakin besar, dimana sayuran, bahan pangan, susu, dan bahkan  ikan sudah banyak yang tercemar bahan kimia yang berasal dari  pestisida. Umumnya dampak kesehatan yang terjadi dari konsumsi bahan  tercemar ini adalah banyaknya penderita kanker dan cacat janin (Kanker  vs Pestisida : http://marie-fortyfive.blog.com/),  serta keracunan yang menyebabkan kematian. Walaupun korban yang  meninggal langsung akibat pestisida pada umumnya para petani sendiri,  akan tetapi korban tak langsung dengan jumlah yang cukup besar terjadi  pada golongan konsumen.
Jenis pestisida yang paling  beracun adalah yang  mirip dengan gas syaraf, yaitu jenis Organofosfat  dan Metilcarbamat.  Pestisida jenis ini sangat berbahaya karena mereka  menyerang  cholinesterase, suatu bahan yang diperlukan oleh oleh sistem  syaraf kita  agar dapat berfungsi dengan normal. Pestisida gas syaraf  menyebabkan  kematian paling besar diseluruh dunia dibanding pestisida  jenis lain.  Contoh beberapa jenis pestisida dengan efek serupa gas  syaraf yang paling berbahaya adalah:
- Organofosfat
 - Metilcarbamat
 - Azinophosmethyl
 - Demotonmethyl
 - Dichlorvos / DDVP
 - Disulfoton
 - Ethion
 - Ethylparation / Parathion
 - Fenamiphos
 - Aldicarb
 - Carbofuran
 - Fomentanate
 - Methomyl
 - Oxanyl
 - Propoxur
 
Lihatlah  daftar di atas ! Jenis-jenis tersebut merupakan jenis-jenis yang banyak  beredar di Indonesia dan bahkan menjadi jenis pestisida favorit petani  kita !!
Sudah waktunya kembali ke alam.
Ingatlah bahwa jaman dahulu  leluhur kita hanya menggunakan bahan alami untuk membasmi hama bahkan  memupuk sekalipun. Lihatlah, hanya karena ulah segelintir pedagang yang  pandai berpromosi bahwa pestisida jauh lebih ampuh untuk membasmi hama,  sekarang penggunaan pestisida sudah tidak dapat dibendung lagi. Selain  daya tahan hama yang semakin meningkat, hal ini juga didorong oleh  tuntutan ekonomi petani yang semakin besar dimana nilai yang didapatkan  petani persatuan luas budidaya semakin kecil dibandingkan kebutuhan  hidupnya. Begitu pula dengan pergerakan produsen dan pedagang pestisida  semakin gencar, membuat pestisida kimia semakin sulit dihindari.
Akan tetapi, walau bagaimanapun  kita tetap harus berjuang untuk mengembangkan pestisida alami dengan  harapan lambat-laun keseimbangan ekologis dapat tercapai kembali.  Kumbang Batok, Ular, Elang, Burung Hantu dan beberapa jenis serangga  predator dapat hidup berkembang kembali. Biaya produksi yang semakin  meningkat mungkin dapat dijadikan alat agar petani mau memproduksi bahan  pestisida alami, paling tidak dapat mengurangi volume penggunaan  pestisida kimia.
Jangan Berhenti Memperkenalkan Pestisida Alami pada Petani.
Paling tidak ada 3 hal yang perlu disadari oleh petani agar mau menggunakan pestisida alami :
- Bahwa pestisida alami punya kemampuan yang tinggi dalam mengendalikan hama / penyakit, yang penting bahan, konsentrasi, dan cara penggunaannya benar.
 - Bahwa pestisida alami dapat mengurangi biaya produksi, asal mau membudidayakan bahan dasarnya pestisida alami akan siap setiap saat dan tidak perlu tergantung pada ketersediaan barang di toko.
 - Dengan menggunakan pestisida alami, mereka tidak menjadi penyebab pencemaran lingkungan, bahkan dapat membantu proses pelestarian lingkungan.
 
Secara umum, pestisida alami dapat dibagi dalam 3 golongan (Ir. Novizan, Pestisida Ramah Lingkungan, Agromedia Pustaka, 2002), yaitu :
- Pestisida botani (botanical pesticides), yaitu yang berasal dari ekstrak tanaman / tumbuhan.
 - Pestisida biologis (biological pesticides), yaitu yang mengandung mikroorganisme pengganggu hama, seperti bakteri patogen, virus, dan jamur.
 - Pestisida mineral organik yang berbahan dasar mineral organik yang terdapat pada kulit bumi. Contoh yang paling umum adalah belerang dan kapur yang dapat mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh jamur dan bakteri.
 
Keistimewaan pestisida alami dibanding pestisida kimiawi adalah :
- Mudah terurai oleh komponen alam lainnya sehingga efek residunya cepat menghilang.
 - Mempunyai daya tokisisitas yang cukup tinggi, bahkan beberapa diantaranya mempunya daya racun yang lebih tinggi dibanding jenis pestisida kimia seperti nikotin (perasan tembakau).
 - Bersifat lebih selektif. Beberapa jenis pestisida alami ini hanya efektif dalam mengendalikan beberapa jenis hama saja.
 
Oleh karena itu, pestisida alami juga memiliki kelemahan :
- Karena mudah terurai, pestisida alami membutuhkan penyimpanan yang khusus. Dalam prakteknya, pestisida alami lebih baik bila disiapkan dan digunakan hanya untuk sekali pakai saja. Cukup bahan dasarnya saja yang disiapkan dalam jumlah yang cukup.
 - Bahan dasar harus disiapkan dalam jumlah yang cukup besar karena konsentrasi dari ekstraksi bahan ini mempunyai konsentrasi yang rendah. Selain itu, penggunaannya membutuhkan waktu yang cukup lama karena harus dibuat terlebih dahulu dan tidak bisa disiapkan dalam waktu yang terlalu lama dari waktu pemakaiannya.
 - Tokisisitas yang cukup tinggi ini menyebabkan efek toksisitas terhadap petani pemakai dan efek kekebalan hama akan serupa dengan yang disebabkan pestisida kimia. Oleh karena itu, penggunaannya tetap harus terkontrol dengan baik dengan memperhatikan konsentrasi dan volume yang ideal bagi setiap jenis hama yang akan dikendalikan.
 - Karena bersifat lebih selektif (spektrum rendah), para penyuluh dan pemakai harus mengenal betul masing-masing sifat penggunaan masing-masing bahan alami ini untuk menghindari kesalahpahaman terhadap efektifitas pestisida alami. (Banyak petani peserta program yang mengeluhkan hal ini, bahwa pestisida alami tidak cukup efektif dalam mengendalikan hama)
 
Apa Yang Harus Dilakukan ?
Menurut saya, langkah-langkah yang perlu diambil dalam mengembangkan pestisida alami ini diantaranya adalah :
- Secara sinambung terus mengembangkan penggunaan pestisida alami di tingkat petani, melalui penyadaran, pembantuan teknis, dan pembinaan keterampilan petani.
 - Senantiasa menyertakan pengembangan dan pemanfaatan pestisida alami dalam setiap program pembinaan petani.
 - Mengembangkan peneletian pengembangan bahan-bahan pestisida alami, terutama untuk skala industri dalam negeri.
 - Mencari dukungan stake holder dalam pengembangan penelitian, produksi, dan pemakaian pestisida alami.
 - Dukungan regulasi di tingkat kebijakan pemerintah yang akan mendukung penganggaran pengembangan pestisida alami secara efektif.
 
0 komentar:
Posting Komentar