Kemajuan teknologi pengolahan pangan, serbuan supermarket, informasi  pemasaran beragam produk pangan, urbanisasi, dan kemajuan ekonomi  terutama bagi golongan menengah ke atas, serta dampak globalisasai,  mendorong perubahan pola makan yang tidak sehat yaitu tidak seimbang :  padat energi, tinggi lemak, tinggi gula, tinggi garam dan rendah serat.  Pola makan semacam ini berdampak pada maraknya masalah kegemukan,  penyakit diabetes, penyakit jantung dan penyakit degeneratif lainnya.  Tidak saja di negara maju tetapi juga negara berkembang seperti China,  Thailand, Brazil dan lain-lain termasuk Indonesia. Anak balita, anak  usia sekolah, remaja dan orang dewasa di Indonesia masih banyak yang  kurus, tetapi sekaligus mulai banyak yang gemuk. Kekurangan dan  kelebihan gizi muncul karena pola makan bergizi tak seimbang. Kekurangan  dan kelebihan gizi sama-sama berdampak negatif.
Orang yang kekurangan gizi cenderung mempunyai daya tahan tubuh yang  lemah sehingga mudah sakit, kurangnya kecerdasan dan produktivitas  rendah. Sedangkan orang yang kelebihan gizi cenderung mengalami  kelebihan berat badan dan beresiko terkena berbagai penyakit kronis  seperti diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit jantung dan lain-lain.  Salah satu upaya pencegahan yang dianggap efektif adalah melalui program  pendidikan gizi tentang Gizi Seimbang.
Pengertian Gizi Seimbang
Gizi Seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung  unsur-unsur zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan  tubuh, dengan memerhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan,  aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan (BB) ideal.
Gizi seimbang dapat dicapai dengan mengkonsumsi beraneka ragam  makanan tiap hari. Tiap makanan dapat saling melengkapi dalam zat-zat  gizi yang dikandungnya.
Pesan Dasar Gizi Seimbang
Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) memuat 13 pesan dasar yang  diharapkan dapat digunakan masyarakat sebagai pedoman untuk mengatur  makanan sehari-hari yang seimbang dan aman guna mencapai dan  mempertahankan status gizi dan kesehatan
yang optimal. Pesan dasar tersebut antara lain :
(1) makanlah aneka ragam makanan; (2) makanlah makanan untuk memenuhi  kecukupan energi; (3) makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari  kebutuhan energi; (4) batasi konsumsi lemak dan minyak sampai  seperempat dari kebutuhan energi; (5) gunakan garam beryodium; (6)  makanlah makanan sumber zat besi; (7) berikan ASI saja kepada bayi  sampai umur empat bulan; (8) biasakan makan pagi; (9) minumlah air  bersih, aman yang cukup jumlahnya; (10) lakukan kegiatan fisik dan  olahraga secara teratur; (11) hindari minum minuman beralkohol; (12)  makanlah makanan yang aman bagi kesehatan;
(13) bacalah label makanan yang dikemas. Secara keselurhan, konsep gizi seimbang mencakup
prinsip-prinsip tidak hanya mengenai makanannya, tetapi juga aspek  pola hidup sehat lainnya seperti kebersihan, olahraga dan berat badan  ideal untuk berbagai kelompok umur.
Prinsip Gizi Seimbang tidaklah sama dengan 4 sehat 5 sempurna (4S5S),  pada “Pedoman Gizi Seimbang”(TGS) penerapan pola makan tidak dapat  diberlakukan sama pada setiap orang. Tiap golongan usia, status  kesehatan, dan aktivitas fisik, memerlukan TGS yang berbeda-beda, sesuai  dengan kondisi masing-masing kelompok tersebut, yang mana hal ini  berbeda dengan prinsip 4S5S yang berlaku bagi semua diatas dua tahun.
Terdapat tiga alasan kenapa pedoman 4S5S sejak awal 1990-an secara  internasional telah tergantikan oleh pedoman yang lebih rinci yang  disebut TGS. Beberapa alasan penting tentang hal tersebut, pertama,  karena susunan makanan yang terdiri atas 4 kelompok ini, belum tentu  sehat, bergantung pada apakah porsi dan jenis zat gizinya sesuai dengan  kebutuhan. Kedua, karena susu bukan “makanan sempurna” seperti anggapan  selama ini, sebenarnya susu adalah sumber protein hewani yang juga  terdapat pada telur, ikan dan daging. Oleh karena itu didalam TGS, susu  ditempatkan dalam satu kelompok dengan sumber protein hewani lain.  Ketiga, slogan 4S5S yang dipopulerkan oleh Prof. Poerwo Soedarmo, Bapak  Gizi Indonesia, ditahun 1950-an dan dianggap relevan pada zamannya,  sejak tahun 1990-an dianggap tak lagi sesuai dengan perkembangan ilmu  dan pengetahuan tentang gizi.
Tumpeng Gizi Seimbang (TGS)
Dalam konsep gizi seimbang, pengelompokan bahan makanan  disederhanakan, yaitu didasarkan pada tiga fungsi utama zat-zat gizi,  yaitu sebagai: (1) sumber energi/tenaga; (2) sumber zat pembangun; dan  (3) sumber zat pengatur. Sumber energi diperlukan tubuh dalam jumlah  yang lebih besar dibandingkan kebutuhan zat pembangun dan zat pengatur,  sedang kebutuhan zat pengatur diperlukan dalam jumlah yang lebih besar  dari pada kebutuhan zat pembangun (diambil dari Almatsier, 2002).
Sumber energi diperoleh dari beras, jagung, sereal/gandum, ubi kayu, kentang dan yang semisal
dengannya. Zat pengatur diperoleh dari sayur dan buah-buahan, sedang  zat pembangun diperoleh dari ikan, telur, ayam, daging, susu,  kacang-kacangan dan sebagainya. Ketiga golongan bahan makanan dalam  konsep dasar gizi seimbang tersebut digambarkan dalam bentuk kerucut/  tumpeng dengan urutanurutan menurut banyaknya bahan makanan tersebut  yang dibutuhkan oleh tubuh dan dikenal sebagai
Tumpeng Gizi Seimbang (TGS). TGS terdiri dari beberapa potongan  tumpeng yaitu satu potongan besar, dua potosngan segar dan dua potongan  kecil dan di puncak terdapat potongan
terkecil. Dasar tumpeng menggambarkan sumber energi/ tenaga, yaitu  golongan bahan pangan yang paling banyak dimakan, bagian tengah  menggambarkan sumber zat pegatur, sedangkan bagian atas menggambarkan  sumber zat pembangun yang secara relative paling sedikit dimakan tiap  harinya.
Dari gambar TGS di bawah dapat dikatakan bahwa ikan mengambil peranan  yang cukup penting, khususnya untuk makanan yang mengandung protein  tinggi. Namun porsi tetaplah lebih sedikit dibandingkan makanan  berkarbohidrat atau yang berada didasar tumpeng.
Ikan dalam Gizi Seimbang
Dalam TGS, makanan sumber protein hewani dan nabati diletakkan  berdekatan pada level yang sama di bawah puncak tumpeng. Konsumsi kedua  jenis protein ini juga dianjurkan dengan porsi yang sama yaitu 2-3  porsi. Sebagai salah satu sumber protein hewani, kelompok ikan merupakan  sumber protein hewani dengan kandungan lemak yang rendah. Berdasarkan  pengelompokan kandungan lemaknya, sumber protein hewani dibagi menjadi 3  kelompok yaitu rendah lemak (dalam 7 gram protein mengandung 2 gram  lemak), lemak sedang (dalam 7 gram protein mengandung 5 gram lemak) dan  tinggi lemak (dalam 7 gram protein mengandung 13 gram lemak).
Berdasarkan pengelompokan kandungan lemaknya tersebut, kelompok ikan  masuk ke dalam kelompok rendah lemak. Ikan segar dengan ukuran 1 potong  sedang atau setara 40 gram, hanya mengandung 2 gram lemak. Demikian pula  5 ekor udang ukuran sedang atau setara 35 gram juga hanya mengandung 2  gram lemak. Pengelompokan sumber protein hewani berdasarkan kandungan  lemaknya tersaji pada Tabel 1.
Kandungan protein ikan jauh lebih tinggi disbanding protein hewani  lainnya. Hampir semua asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh  manusia terkandung dalam daging ikan. Umumnya daging ikan terdiri dari  15-24% protein. Protein daging ikan memiliki kemampuan cerna dan nilai  biologis yang sangat baik. Selain kaya akan protein hewani, ikan juga  kaya akan asam lemak omega 3.
Asam lemak ini baik untuk kesehatan jantung dan perkembangan otak  anak. Kandungan asam lemak omega 3 yang dominan di dalam ikan adalah  asam linoleat, asam eikosapenanoat (EPA) dan asam dokosaheksanoat (DHA).  Kandungan lainnya pada ikan adalah nutrisi esensial seperti kalsium,  forsor, besi dan retinol.
Nutrisi esensial ini sangat penting bagi tubuh, terutama anak dan  remaja di masa pertumbuhan. Vitamin dan mineral juga banyak terdapat di  dalam daging ikan. Golongan vitamin yang banyak terkandung di dalam ikan  adalah golongan vitamin yang larut di dalam lemak seperti vitamin A dan  D. Sedangkan mineral yang dominan adalah fosfor, besi, kalsium,  selenium dan iodium. Bagi ibu hamil dan menyusui, adanya mitos bahwa ibu  hamil dan menyusui pantang makan ikan, tidak lah benar. Justru ikan  merupakan salah satu sumber protein dan mineral penting bagi ibu hamil  dan menyusui.
Nilai cerna protein ikan yang sangat tinggi juga menjadikan daging  ikan cukup aman dikonsumsi bagi anak balita dan usia lanjut. Ini  penting, mengingat kelompok balita dan usia lanjut merupakan usia yang  rentan karena balita memiliki sistem pencernaan yang belum sesempurna
orang dewasa dan fungsi organ pencernaan usia lanjut sudah mulai  menurun. Oleh karenanya sangat disarankan mengkonsumsi ikan untuk  mencukupi kebutuhan protein tubuh.
Dari gambaran tersebut diatas, terlihat jelas peranan ikan dalam  pemenuhan gizi seimbang dengan berbagai kebutuhan menurut usia (bayi,  balita, remaja, dewasa dan usia lanjut) dan sesuai keadaan kesehatan  (hamil, menyusui, aktivitas fisik dan sakit). Dalam implementasi gizi  seimbang, program diversifikasi pangan perlu dibarengai dengan pola  hidup bersih, aktif dan berolahraga serta menjaga berat badan ideal.  Ronny & Mw


0 komentar:
Posting Komentar